
SUARAPUBLIK.CO.ID – Indonesia memiliki 707 bahasa yang dituturkan oleh sekitar 221 juta penduduk, dimana 7.102 di antaranya digunakan di seluruh dunia (Ethnologue, 2015). Artinya kurang lebih 10% bahasa dunia ada di Indonesia. Merupakan kebanggaan tersendiri karena menunjukkan kekayaan bahasa dan keragaman budaya yang kita miliki. Namun di sisi lain menjadi tantangan, bahkan beban, bagi kita untuk mempertahankan eksistensi bahasa-bahasa tersebut karena melestarikan bahasa daerah tersebut erat kaitannya dengan pelestarian pengetahuan.
Sebagian bahasa yang berada di Indonesia telah punah, dan beberapa telah terancam punah. Kepunahan bahasa pada tingkat tertentu setara dengan hilangnya keanekaragaman hayati selama kepunahan massal dan hal ini berdampak negatif pada keanekaragaman budaya dan menurunkan ketahanan sosial.
Dari hal tersebut, Univeristas Sumatera Utara (USU) melalui Prodi Magister Ilmu Linguistik menyelenggarakan Konferensi tingkat Internasional dengan nama kegiatan: The 1st International Virtual Seminar on Endangered Language, and Linguistics (IVSoELL) memilih tema Endangered Language Documentation and Languages Conservation.
Ketua Prodi Magister Ilmu Linguistik USU, Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP., didampingi Sekretaris Prodi, Dr. Tengku Thyrhaya Zein, M.A., yang juga Ketua Panitia IVSoELL menyampaikan kepada SUARAPUBLIK.CO.ID, Sabtu (21-11-2020), berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan diskusi ilmiah The 1st International Virtual Seminar on Endangered Language and Linguistics (IVSoELL).
“Kegiatan secara virtual ini (IVSoELL–red) untuk mendapatkan informasi terkini dari para ahli bahasa dan mengundang masyarakat lokal. peneliti bahasa untuk mempresentasikan penelitian mereka”, ungkap Doktor Eddy.
Lebih lanjut dia menjelaskan tujuan konferensi adalah untuk melengkapi bidang penelitian bahasa daerah di Nusantara. Studi pendokumentasian bahasa daerah, serta diharapkan dapat menghemat pengetahuan yang telah berkontribusi dalam mengatasi kesenjangan sosial dan menjadi solusi daerah yang dipertahankan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Pada kesempatan yang sama, Doktor Tengku Thyrhaya menambahkan, konferensi ini akan mengundang para ahli dari beberapa negara dan latar belakang yang berbeda untuk berkontribusi dalam berbagi pengalaman proyek dokumentasi bahasa.
“Kita mengundang Nicholas Jay Williams, Ph.D., dari Germany (University of Potsdam) dan Ana Paula Brandao, Ph.D., berasal dari Brasil (Universitas Federal Pará) serta Bradley McDonell, Ph.D., dari negara Amerika Serikat (Universitas Hawai’i di Mānoa)”, ujar Doktor Tengku Thyrhaya.
Selanjutnya dia mengatakan, ada mengundang juga narasumber dari Selandia Baru, Brittany Hoback (Victoria University of Wellington) dan Dr. Tasnim Lubis, M.Hum. mewakili Indonesia yang merupakan dosen Universitas Sumatera Utara.
Rencana pelaksanaan The 1st International Virtual Seminar on Endangered Language and Linguistics (IVSoELL), pada hari Sabtu, 28 November 2020, pukul 08.00 – 16.15 WIB dengan menggunakan aplikasi ZOOM. [SP.02]
0 Komentar