
Irfansyah, Anggota DPR Aceh Fraksi Partai Aceh.
SUARAPUBLIK.CO.ID – Langsa | Sejak didirikan pada 7 Juli 2007, kini Partai Aceh telah berusia 14 tahun. Partai politik lokal ini adalah sarana perubahan paradigma perjuangan rakyat Aceh. Berjuang dari bilik suara, setelah 32 tahun mengangkat senjata.
Demikian dikatakan, politisi muda yang juga Anggota DPR Aceh Fraksi Partai Aceh, Irfansyah, usai peringatan Milad Ke-14 Partai Aceh, ketika diwawancarai awak media, Rabu [07/07/2021].
Menurutnya, perjuangan bersenjata yang dilakukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah membuka mata dunia. Perdamaian Aceh, 15 Agustus 2005 menjadi momentum membangun Nanggroe, lewat kebijakan politik.
Perdamaian itu pula yang telah mengubah pola perjuangan rakyat Aceh dalam menuntut hak-haknya. Jika masa konflik pola perjuangan dengan menggunakan perang bersenjata, maka setelah adanya perdamaian pola perjuangan harus menggunakan pola politik yang demokratis.
“Itulah sebabnya Gerakan Aceh Merdeka atau GAM kemudian mendirikan partai politik untuk meneruskan perjuangan rakyat dengan cara-cara demokrasi,” ujar politisi yang merupakan mantan kiper PSBL Langsa ini.
Sebagai partai politik lokal yang lahir dari amanat Memorandum of Understanding (MoU) antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Indonesia di Helsinky, Finlandia. Partai Aceh, mulai berjuang dari bilik suara pada Pemilu 2009.
“Sejak Pemilu 2009, Partai Aceh menjadi pemenang pemilu Aceh dan menguasai kursi parlemen. Ini adalah titik awal, dari bilik suara mewujudkan kesejahteraan Aceh,” papar Irfansyah.
Seterusnya, Pemilu 2014 dan 2019, partai ini mengalami penurunan jumlah perolehan suara. Akan tetapi, tetap sebagai partai pemenang dan masih pemilik mayoritas kursi DPR Aceh.
Hal ini, kata dia, menandakan partai besutan mantan kombatan GAM ini, menjadi representatif wadah penyaluran aspirasi politik rakyat Aceh, yang setia terhadap perjuangan dalam merawat perdamaian dan pembangunan Aceh, seperti yang di gemakan Wali Nangroe almarhum Tgk Hasan Ditiro.
Lain itu, tambah DekFan–sapaan karib Irfansyah, Partai Aceh terus berbenah diri menghadapi perkembangan dan dinamika perpolitikan di Aceh. Termasuk, mempersiapkan infrastruktur partai, guna menampung potensi kaum milenial.
“Hal ini menandakan tidak ada puak, faksi dan kotak-kotak tertentu di Partai Aceh. Partai ini terbuka untuk seluruh masyarakat Aceh dan berjuang untuk dan atas dasar kepentingan Aceh masa depan,” terang politisi pecinta si kulit bundar ini.
Diutarakan, peringatan milad kali ini mengusung tema Kureung Reumbang Tapeupah, Pat Nyang Salah Tapeubeuna, Tameusaboh Tapeuwo Marwah Bangsa.
Tema ini bermakna bahwa kita harus berbenah, harus memperbaiki hal-hal yang salah dan memperbaiki persatuan dan kesatuan demi kejayaan Aceh.
“Sejarah Aceh mencatat kegemilangan. namun, ada pula kekalahan. Inilah yang perlu kita maknai, bahwa perubahan, perbaikan dan merawat perdamaian, persatuan dan kesatuan adalah kekuatan hakiki untuk menatap Aceh masa depan,” imbuh Irfansyah. [SP-02]












0 Komentar