
Iptu Rizki Julianda Putra Buna, SIK.
KEPOLISIAN Republik Indonesia genap berusia 75 tahun (1 Juli 1946-1 Juli 2021). Korps Bhayangkara terus menapak sejarah kehidupan bangsa. Menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Bagi warga bangsa. Menjadi seorang prajurit Bhayangkara adalah sebuah cita-cita. Namun, hanya orang-orang pilihan yang dapat lulus sebagai punggawa korps ini.
Salah satunya adalah seorang anak buruh pabrik di Palembang, Sumatera Selatan. Kini, menjabat Komandan Kompi 2 Batalyon B Pelopor Satuan Brimob Polda Aceh, bermarkas di Gampong Aramiah, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur.
Iptu Rizki Julianda Putera Buna, SIK. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2013 ini, adalah putra bungsu dari tiga bersaudara, buah kasih Bustaman Budiman dan Suryana. Lahir di Palembang, 7 Juli 1991.
Bustaman adalah buruh pabrik yang berafiliasi dengan PT Pupuk Sriwijaya. Sedangkan Suryana seorang guru. Sejak kecil, Rizki Julianda Putera Buna, akrab dengan ilmu pengetahuan. Maklum, lantaran sang ibu, adalah pengajar.
Sekolah Dasar ditempuhnya di SD Muhamddiyah 16 Palembang, lulus tahun 2003. Selanjutnya, SMPN 16 Palembang, lulus tahun 2006. Seragam putih abu-abu dilakoninya di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sekolah ini bermetode Boarding School.
Usai tamat SMA tahun 2009. Rizki mengikuti seleksi calon taruna Akpol. Namun malang, dia belum memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak dinyatakan lolos seleksi.

Iptu Rizki Julianda Putra Buna, SIK bersama seorang anak warga Sudan, kala bertugas sebagai pasukan perdamaian dunia, medio 2018-2019.
“Ini saat terberat dalam hidup saya. Gagal seleksi polisi, ayah sudah tidak lagi bekerja. Hanya mengandalkan penghasilan ibu. Seakan dunia terbalik, saya galau sejadinya,” tutur Rizki Julianda Putera Buna, dalam sebuah sesi wawancara, Rabu 30 Juni 2021.
Kala itu, kenang Rizki, dibenaknya akan melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. Sasarannya, universitas terkemuka yang menyediakan beasiswa. Karena, ia sadar dengan kondisi keuangan orangtuanya.
“Setelah gagal seleksi, saya fokus ikut bimbingan belajar, kursus bahasa Inggris dan olahraga seperti biasa. Niatnya, kuliah. Namun, kesehatan tetap saya jaga,” akunya.
Waktu terus berlalu. Tahun 2010, Rizki mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Targetnya, Universitas Indonesia. Harus dapat beasiswa. Selain, beberapa kampus lain, menjadi sasaran alternatifnya.
Rencananya, dia mengambil jurusan Teknologi Informatika. Memang sejak SMA, Rizki adalah peserta Olimpiade Teknik Informatika yang digelar di Kampus Universitas Indonesia. Dia menyabet, 7 besar terbaik kala itu.
Disela pendaftaran kuliah itu. Polri kembali membuka seleksi Taruna Akpol. Rizki yang telah terlebih dahulu mempersiapkan diri, langsung mendaftar. Kali ini, dia tidak berharap banyak. Do’anya kepada Sang Khaliq, agar dipermuudah jalannya untuk menjadi polisi atau dirinya menjadi orang yang berguna.
“Waktu itu, doanya gitu aja. Tidak ngotot kali harus lolos seleksi. Berjalan biasa aja. Intinya, saya tidak bersaing dengan orang lain. Saingan saya adalah diri sendiri. Meyakinkan diri bahwa saya mampu,” sebut Rizki menukil pengalamannya.
Setelah seluruh tahapan seleksi usai. Rizki Julianda Putera Buna, dinyatakan sebagai peserta dengan nilai tes akademik tertinggi. Disinilah, awal dia mengabdi sebagai Bhayangkara perisai bangsa.

Iptu Rizki saat bertugas sebagai pasukan perdamaian di Sudan.
“Waktu pengumuman lolos Akpol. Nama saya disebut sebagai peserta nilai akademik tertinggi. Disitu, bapak saya menangis haru,” ujar Rizki sambil matanya menganak sungai.
Dituturnya, dalam ketimpangan ekonomi keluarga, dirimu bersyukur bisa diterima sebagai Taruna Akpol dengan tidak mengeluarkan biaya apapun. Selain, kebutuhan transportasi, makan dan pengurusan berkas administrasi saja.
“Ada stigma di masyarakat masuk Akpol butuh biaya besar. Maka saya tegaskan tidak. Saya buktinya. Anak buruh/mekanik pabrik bisa lolos Akpol dengan tanpa suap/sogok,” tegas perwira muda, yang tanggal 5 Juli nanti resmi berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) ini.
Awal Karier
Tahun 2013, Rizki usai pendidikan kepolisian di Akpol. Dia lantas kembali sekolah di PTIK menyelesaikan Sarjana Ilmu Kepolisian (SIK) di tahun 2014. Setelahnya, penempatan tugas dirinya sebagai Pama di Satuan Brimob Polda Aceh.
“Menjadi anggota Brimob adalah kebanggaan. Kami mengetahui beragam persenjataan, mampu menjinakkan bahan peledak, kuasai teknik pertempuran dan jiwa korsa lebih tinggi. Brimob untuk Indonesia,” aku Rizki.
Aceh menjadi saksi awal bertugasnya perwira muda Bhayangkara asal negeri Sriwijaya ini. Di tahun 2014 pula, jabatan pertama yang diemban Rizki, sebagai Wakil Komandan Subden Jibom Gegana Polda Aceh, dengan pangkat Inspektur Dua Polisi (IPDA).
Awal 2015, Rizki dipromosi sebagai Komandan Kompi 1 Bataliyon C Pelopor Sat Brimob Polda Aceh, bermarkas di Trumon, Aceh Selatan. Saat itu pula, dia mengikuti Pendidikan Dasar Perwira Brimob.
Pertengahan tahun 2017, Rizki diminta mengikuti persiapan menjadi bagian pasukan perdamaian dunia. Sembari bersiap diri, tugas sebagai Danki Kompi 1 Bataliyon C, terus dilakoninya.
Di tahun ini pula, dia mengikuti pendidikan Sekolah Bahasa Polri untuk memperdalam Bahasa Perancis. Sebelumnya, Bahasa Inggris Rizki sudah terlebih dahulu terasah dan terampil. Pendidikan Jabatan Danki Brimob juga dilumatnya pada tahun yang sama.
Bulan Agustus hingga Desember 2017. Rizki dipromosi sebagai Komandan Kompi 1 Bataliyon A Pelopor Sat Brimob Polda Aceh, bermarkas di Ujung Batee, Krueng Raya, Aceh Besar.
Baru diawal tahun 2018. Rizki bergabung bersama pasukan perdamaian, United Nation (UN) sebagai Komandan Regu 2 Pleton Delta Kontingen Garuda Bhayangkara II FPU 10 di sudan hingga tahun 2019.
Bertugasnya dalam misi perdamaian dunia tidak mudah. Pemuda berkulit kuning langsat ini, membaur bersama warga Sudan dan seabrek pasukan perdamaian dunia lainnya. Disini, Rizki mulai belajar Bahasa Arab, meski hanya terbatas.
“Ini pengalaman paling berharga. Ketika pertiwi memanggil, kami siap berangkat tunaikan tugas negara sebagai bagian pasukan perdamaian dunia,” kenang Iptu Rizki.
Kembali dari Sudan. Rizki bertugas sebagai Pama di Sat Brimob Polda Aceh. Saat luang inj, Rizki mengikuti pendidikan di Sekolah Bahasa Polri. Memperdalam IELTS.
Baru Sepetember 2019, dia menjaga Pasie Log Gegana Sat Brimob Polda Aceh. Jabatan ini hanya setahun. September 2020, Rizki di amanahkan tugas sebagai Danki 4 Bataliyon A Sat Brimob Polda Aceh, bermarkas di Calang, Aceh Jaya hingga bulan Januari 2021.
Medio Januari 2021 hingga saat ini, Rizki Julianda Putera Buna menjabat Danki 2 Bataliyon B Pelopor Sat Brimob Polda Aceh, bermarkas di Aramiah, Birem Bayeun, Aceh Timur.
Rizki mengantikan posisi seniornya, AKP Yozana Fazri Sidiq yang dipromosi sebagai Kapolsek Karang Baru, Polres Aceh Tamiang.
Disaat hampir bersamaan, Perwira jenius ini kembali mendapat kesempatan belajar. Kali ini, Rizki diundang oleh Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri untuk mengikuti pelatihan bersama Korea National Police University, guna mendalami Cyber Crime Investigation.
Sepertinya, atasan Rizki mengetahui keunggulan perwira ini di bidang IT, sehingga dipersiapkan menjadi salah satu sumberdaya IT Polri masa depan.

Iptu Rizki Julianda Putra Buna, SIK saat bakti sosial ditengah masa pandemi.
Masa Pandemi
Bertugas sebagai komandan dimasa pandemi Covid-19 tentu tidak mudah. Selain melaksanakan tugas sesuai arahan pimpinan dalam mendukung pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Seorang komandan juga dituntut untuk mampu menjaga keselamatan dan kesehatan anggotanya, ditengah pandemi yang mendera.
Dengan sigap, sesuai kemampuan personil dan peralatan yang dimiliki, Rizki dituntut untuk kreatif dalam melaksanakan tugas. Selain, melakukan penyemprotan disinfektan. Penyaluran bantuan masa pandemi juga menjadi prioritas.
“Bakti sosial ini bentuk kepedulian Brimob terhadap masyarakat terdampak pandemi. Kami sisihkan uang saku setiap usai Apel di hari Jum’at, untuk berbagi,” sebut Rizki.
Semua yang dilakoni, semata bentuk pengabdian prajurit Bhayangkara sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Bravo Polri! [SP-02]
0 Komentar