SUARAPUBLIK.CO.ID – Nasional | “Tuah sakti hamba negeri, esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti, tak Melayu hilang di bumi”. Ungkapan ini sangat akrab di telinga masyarakat Melayu dan sering menjadi moto masyarakat untuk menunjukkan eksistensi Melayu. Melayu yang terkenal akan pantun-pantunnya memiliki keyakinan dengan mengekspresikan perasaan dan ide melalui sastrawan-sastrawan bahwa eksistensi Melayu akan tetap ada. Akan tetapi seperti halnya manusia, bahasa dan budaya juga bisa mengalami keterancaman bahkan kepunahan. “Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan dokumentasi bahasa dan budaya berbasis teknologi agar dapat tersimpan lebih lama”, ungkap Tasnim Lubis kepada SUARAPUBLIK.CO.ID Minggu [28/07/2024].
Perkembangan teknologi saat ini melaju dengan pesat dan tidak dapat dihindari. Keberadaan media-media sosial sebagai penyampai informasi menjadi sentral penting dalam komunikasi. Siap atau tidak, semua kalangan dari golongan masyarakat harus berpacu untuk meningkatkan kemampuan agar dapat bersaing secara kompetitif menghadapi arus globalisasi. “Dampak teknologi terhadap masyarakat harus diatasi dengan meningkatkan sumber daya dalam menghadapi arus teknologi tanpa menghilangkan kearifan lokal yang dimiliki”, ujar Tasnim.
Permasalahan yang terjadi dalam masyarakat terletak pada sumber daya masyarakat yang belum siap menghadapi setiap aktivitas yang berbasis teknologi informasi dan tersistem. Sanggar Melayu FORKAMKAT (Forum Komunikasi Anak Melayu Berbakat) merupakan usaha masyarakat perseorangan yang dirintis oleh Ustad Abdullah Helmi Simuda, M.A., dengan mengumpulkan anak-anak muda Melayu di Desa Sialang Muda, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sanggar Melayu FORKAMKAT menyediakan jasa telangkai dan/atau nasi hadap-hadapan pada konsumen yang membutuhkan jasa tersebut.
“Selama ini, semua kegiatan acara yang dilaksanakan oleh Sanggar Melayu FORKAMKAT hanya didokumentasikan secara perseorangan dan dimuat di media sosial perorangan saja”, ujar Very salah satu telangkai berbakat yang sering diundang dalam berbagai acara untuk menggunakan jasa telangkai mereka.
Dengan demikian, Sanggar Melayu FORKAMKAT belum memiliki album kegiatan yang bisa menjadi testimoni-testimoni untuk mendukung pemasaran di sanggar ini dan dapat diakses oleh masyarakat dalam jangkauan yang luas. Artinya, dokumen kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sanggar Melayu FORKAMKAT belum terorganisir dengan baik dan tersistem. Padahal ini sangat penting mengingat di setiap acara (event) yang menampilkan telangkai merupakan kreatifitas anak muda melayu yang memiliki pengetahuan lokal serta salah satu upaya pelestarian budaya.
Oleh karena itu, Tim pelaksana yang terdiri dari Dr. Tasnim Lubis, M.Hum (sebagai ketua), Dr. Alemina Br. Perangin-angin (sebagai anggota), Moulita (sebagai anggota), dan Nurul Adilla Alatas Abus (mahasiswa) serta Abiyulail Alatas Abus (mahasiswa) dari Universitas Sumatera Utara melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan sumber daya pelestari Sanggar Melayu FORKAMKAT melalui penyediaan media teknologi website dan pelatihan manajemen penggunaannya guna mendapatkan keterampilan (skill) dalam manajemen pemasaran usaha Sanggar Melayu FORKAMKAT. [SP-03]
0 Komentar